Waktunya Update CV! Ini 7 Hal yg Wajib Kamu Hapus dari CV-mu

Kapan terakhir kali kamu mengecek apa yang tertera di CV-mu? Sebulan, dua bulan, setahun yang lalu? CV itu sama aja kayak ponsel atau gawai elektronikmu yang lain. Kalau nggak di-update, faedahnya bakal berkurang otomatis. Siapa yang rugi? Kamu sendiri!

Sekarang saya akan mengajakmu memeriksa kembali CV-mu. Kali ini, pastikan kamu menghapus beberapa hal dari CV-mu itu. Bagian-bagian apa saja sih yang dimaksud, dan kenapa kamu wajib menghapusnya?


1. Tujuan Pembuatan CV


“Saya melayangkan CV ini untuk melamar posisi di sebuah perusahaan yang sedang berkembang pesat, yang bisa memberi saya keleluasaan untuk berkontribusi secara positif.”

Tujuan pembuatan CV biasanya diletakkan di awal, sebagai paragraf pembuka. Fungsinya menerangkan rencana dan visimu sebagai pelamar kerja.

Meskipun terdengar berguna, sebenarnya kolom tujuan pembuatan CV bisa menjebakmu menuliskan sesuatu yang klise. Ada berapa, coba, pelamar yang ingin “berkontribusi secara positif” dan “bekerja di perusahaan yang sedang berkembang pesaat”?

Daripada menulis tujuan pembuatan CV — yang tidak akan berhasil membuatmu berbeda dari ribuan pelamar yang lainnya, coba bikin paragraf “Siapa Saya” sebagai pembuka CV-mu. Jelaskan nama dan umurmu, apa yang kamu lakukan (penulis, desainer, arsitek, dll.), serta kelebihan apa darimu yang bisa membuat para pejabat SDM terkesima. Jangan terlalu banyak basa-basi, langsung bicarakan topik yang benar-benar disukai perusahaan atau relevan dengan posisi yang kamu lamar. Buat apa membicarakan prestasi menjuarai lomba kecantikan jika posisi yang kamu lamar adalah staf accounting?


2. Hobi dan Minat Pribadi yang Gak Nyambung Dengan Posisi yang Kamu Lamar


Apa kamu mampu mempraktekkan ilmu hipnotis, hobi berburu binatang, dan rajin open-mic stand-up comedy? Hebat! Apa para penerima lamaran peduli? Nggak. Ingat, waktu orang SDM yang membaca CV-mu terbatas. Mereka akan dongkol jika membaca sesuatu yang gak ada hubungannya dengan apa yang mereka cari dari para pelamar.

Kamu baru boleh mencantumkan paragraf Hobi dan Minat jika menurut kamu hobi itu bisa menambah posisi tawar kamu. Hanya sertakan apabila hobi itu bisa membuat kamu terlihat profesional dan cocok dengan brand atau visi perusahaan. Kalau kamu seorang ahli gizi yang hobi menulis blog mengenai resep masakan herbal, oke! Jika kamu seorang akuntan yang hobi mengambil foto kaki orang lain, NO!


3. Penggunaan Sudut Pandang Orang Ketiga Saat Menyebut Diri Sendiri


“Ahmad merupakan pekerja keras yang berorientasi pada hasil. Ahmad sukses mendatangkan investasi senilai Rp. 1 Milyar kepada keuangan perusahaan tahun lalu.”
Cara terbaik untuk menyia-nyiakan CV-mu adalah dengan menulis menggunakan sudut pandang orang ketiga. Ketika menulis seperti contoh di atas, para staf SDM akan membayangkanmu sebagai orang yang lagi berdiri di depan cermin, mengelus wajah sambil berkata “Wah, aku tampan, ya…”

Kamu akan terlihat sombong dan sulit bekerja dalam tim. Maka hindari penyampaian dalam bahasa orang ketiga.

Saat membuat CV, pastikan nama, gelar, dan kontakmu tertera di bagian atas halaman. Dengan ini, pembaca akan mengerti bahwa seluruh informasi di dalam CV tersebut berasal dari kamu. Mereka akan mengasosiasikan prestasi dan hal-hal baik yang disebutkan di dalam CV dengan namamu.

Tulislah CV dalam sudut pandang orang pertama, dengan kata ganti seperlunya saja. Contoh: “Berhasil mendatangkan investasi senilai Rp. 1 Milyar” (tanpa ‘saya’).


4. Alamat Email yang Bukan Email Pribadi


Kesalahan yang masih sering dilakukan para profesional yang ingin berganti pekerjaan ialah menyertakan alamat email kantornya yang sekarang di dalam CV. Kecuali jika kamu adalah pemilik perusahaan itu, mencari pekerjaan baru dengan mencantumkan alamat email yang diberikan kantor adalah perilaku buruk. Kamu terkesan menyelewengkan jam kerja buat mencari pekerjaan baru. Pembaca CV akan berpikir, “Sekarang aja dia sudah menyalahgunakan waktu dan fasilitas kantornya. Bukan gak mungkin dia akan menyalahgunakan waktu dan fasilitas di kantor kita.”

Selalu cantumkan email pribadi pada CV-mu. Gunakan juga email tersebut ketika mencari pekerjaan secara online di situs-situs pencari kerja. Kalau bisa, dirikan juga situs pribadi, supaya kamu bisa memiliki domain email yang terlihat profesional (mail@rizkyagitama.com, contohnya). Dan idealnya lagi, jangan gunakan waktu kerja buat mencari pekerjaan baru.

5. Kata-Kata Lebay yang Akan Membuat Pembaca CV-mu Meringis


Mengapa harus memakai kata “eskalasi” jika kamu bisa menggunakan “pertambahan”? Kenapa repot-repot memakai “aplikasi” padahal “penggunaan” sudah cukup? Menggunakan kata yang gak lumrah gak akan membuat kamu terlihat jadi pintar. CV kamu justru akan terbaca seperti hasil copy-paste dari tesaurus.

Ketika sedang mengetik CV-mu, bertanyalah pada diri sendiri: “Aku kalau ngomong memang memakai kata-kata seperti ini, ya?” Jika jawabannya ‘tidak’, mending bahasakan ulang aja deh.


6. Pekerjaan Ecek-Ecek dari 5 Tahun yang Lalu


CV itu harus padat: jangan sampai lebih dari 2 halaman. CV bukanlah autobiografi yang bisa menampung riwayatmu dari SD hingga kuliah serta semua pekerjaan, aktivitas magang, dan kerja sukarela yang kamu lakukan selama menjadi mahasiswa.

CV adalah dokumen pemasaran, iklan yang menjual siapa dirimu dan apa yang bisa kamu lakukan. Jika pekerjaanmu dari 5-10 tahun yang lalu gak ada hubungannya dengan posisi baru yang sedang kamu lamar, lebih baik jangan kamu tuliskan. Menyembunyikan sedikit sejarah tentang pekerjaan pertama dan tempat magangmu gak apa-apa, kok.


7. Kebohongan-Kebohongan yang Niatnya Bikin Kamu Terlihat “Wah”


Menyembunyikan (gak memberi tahu) sesuatu tidak sama dengan berbohong (memberi tahu hal yang berbeda dari fakta). Pekerjaan apupun yang kamu lamar, jangan pernah sekalipun menyantumkan kebohongan di dalam CV-mu. Terutama soal umur, pendidikan, dan pengalaman. Jangan juga sembarangan mencatut nama seseorang sebagai referensi di dalam CV.

Pastikan kamu selalu jujur saat membuat CV. Kamu gak akan pernah tahu kalau calon bos baru bisa saja melakukan crosscheck soal pendidikan yang kamu tempuh melalui kontak dosen yang kamu cantumkan di CV. Mending kalau kamu benar-benar ikut proyek penelitian dengan dosen itu. Kalau nggak? Ucapkan selamat tinggal pada pekerjaan impian!




Menyunting CV memang bukan perkara mudah. Kamu pasti gak mau begitu saja menghapus catatan prestasi dan pencapaianmu setelah bekerja keras meraihnya. Tapi ingat, yang menarik bagimu belum tentu menarik di mata para staf SDM. Bukankah lebih bijak untuk memandang sesuatu dari kaca mata calon atasanmu?




Previous
Next Post »